Bagi anak-anak mendengar kata sains, mungkin bisa jadi menjadi sesuatu yang susah dan membosankan. Namun, hal itu tidak berlaku di Science Film Festival Jogja 2013. Program besutan Goethe-Institut ini merupakan festival yang paling besar dan telah berlangsung paling lama di dunia. Program ini bertujuan mengenalkan bahwa belajar sains itu mudah dan menyenangkan menggunakan media film.
Festival ini pertama kali diselenggarakan di Thailand pada tahun 2005, dan kemudian dikembangkan ke Kamboja, Indonesia, Yordania, Laos, Myanmar, Palestina, Filipina, Uni Emirat Arab dan Vietnam. Di masing-masing negara terjalin kerjasama erat dengan mitra-mitra lokal. Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi Paguyuban Dimas Diajeng Jogja
yang dipercaya menjadi penyelenggara Science Film Festival di Yogyakarta.
Science Film Festival Jogja 2013 berlangsung selama tiga hari mulai dari 21 hingga 23 November 2013. Pembukaan Science Film Festival Jogja 2013 berlangsung di Pendopo Hotel Royal Ambarrukmo dengan dihadiri adik-adik dari SD Ambarukmo, SD Nogopuro dan SD Caturtunggal. Hari kedua Science Film Festival Jogja 2013 berlangsung di Santika Premiere Hotel dan Institut Francais d’Indonesie Yogyakarta. Sementara itu untuk rangkaian Science Film Festival Jogja 2013 berlangsung di Sanggar Anak Alam, Institut francais d’Indonesie Yogyakarta, dan penutupan di Balaikota Yogyakarta dengan di hadiri Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti.
Sebanyak 1800 lebih anak-anak yang berasal dari sekolah dasar di Yogyakarta tampak antusias mengikuti festival ini. Hal ini dikarenakan anak-anak yang hadir tidak hanya bisa melihat film sains bertemakan energi, namun juga bisa langsung melakukan percobaan ilmiah sesuai dengan film yang mereka lihat. Melalui kegiatan ini, Paguyuban Dimas Diajeng Jogja berharap dapat memberikan kontribusi kecil dalam membangkitkan kesadaran di antara anak-anak dan remaja di Yogyakarta mengenai betapa pentingnya energi bagi masa depan planet kita – dan betapa penting Sains bagi pendidikan mereka.