Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Sebagai kota pendidikan dan kebudayaan, Yogyakarta tumbuh menjadi kota yang memiliki toleransi tinggi dalam akulturasi budaya sehingga membentuk karakter kota Yogyakarta. Keanekaragaman budaya di Yogyakarta juga menjadi salah satu potensi lokal Yogyakarta. Mulai dari budaya Belanda, Tionghoa juga Mataram Islam yang menarik perhatian. Selain akrab dengan sebutan kota budaya, perkembangan dunia yang pesat membuat Yogyakarta banyak didatangi pelajar dari seluruh penjuru Indonesia sehingga Yogyakarta disebut kota pelajar. Dengan latar belakang ini, Kelompok 3 Finalis Dimas Diajeng Kota Jogja 2013 menyelenggarakan sebuah program untuk menambah ilmu pariwisata dan budaya dengan cara yang menyenangkan (fun) kepada para peserta dan masyarakat, yaitu bersepeda bersama sambil mengunjungi ikon-ikon pariwisata yang ada di Kota Yogyakarta.
Program Ngonthel Pinter merupakan bagian dari rangkaian pemilihan Dimas Diajeng Kota Yogyakarta 2013 yang diselenggarakan oleh Paguyuban Dimas Diajeng Jogja di bawah pembinaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Dalam kegiatan ini peserta diajak untuk bersepeda bersama menggunakan pit onthel atau sepeda Jawa kuno dengan rute perjalanan dari SMA N 11 Yogyakarta yang merupakan cikal bakal tempat lahirnya organisasi pemuda Budi Oetomo. Dilanjutkan lurus ke selatan melewati Tugu Jogja, mampir di Kampung Pecinan untuk melihar arsitektur Cina, kemudian peserta diajak untuk bermain dolanan anak atau permaianan tradisional Jawa sambil mengenal arsitektur bangunan Belanda (Indische) di Museum Benteng Vredeburg. Perjalanan berakhir di Plasa Pasar Ngasem. Di garis finis peserta disuguhi dengan makanan trasional gudangan sambil menikmati acara hiburan dan diskusi tentang pariwisata dan budaya Yogyakarta.
Acara ini dimaksudkan untuk mengingatkan kembali nilai-nilai budaya yang ada di Yogyakarta. Kegiatan ini sekaligus memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei, oleh karena itu sengaja dipilih tempat start di SMA N 11 Yogyakarta dan memilih menggunakan sepeda onthel karena memiliki nilai sejarah dan banyak dijumpai sejak dulu di Yogyakarta. Dengan tema Edutourism diharapkan peserta dan masyarakat umum bisa menambah wawasan sejarah kebudayaan melalui kegiatan beriwsata sambil belajar. Secara khusus diplih pula Plasa Pasar Ngasem karena tujuannya adalah untuk memperknalkan wajah baru dari Pasar Ngasem, hal ini juga sejalan dengan peran Dimas dan Diajeng nantinya untuk mempromosikan pariwisata Kota Yogyakarta.
Lebih lanjut lagi, dalam kegiatan ini finalis dari kelompok 3 menggandeng berbagai pihak sebagai partner kerjasama diantaranya Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY, Pengelola Museum Wayang Kekayon, Karta Pustaka, Jogja Heritage Society (JHS) dan Paguyuban Pecinta Batik “Sekarjagad”, serta SMA N 11 Yogyakarta. Rencananya ke depan kegiatan ini tidak berhenti di sini melainkan berkelanjutan setiap 3 bulan sekali.
Dalam kegiatan ini juga di hadiri oleh Pengurus Museum Kekayon RM. Donny Surya Megananda dan Bapak Punto dari JHS sekaligus menjadi narasumber dalam diskusi budaya. Beliau berpendapat, “Semua bangunan yang menjadi landmark Kota Yogyakarta itu menjadi museum, termasuk museum yang saya kelola Museum Kekayon. Bapak Donny menambahkan, “Saat ini DIY memiliki 44 museum dan 32 diatranya tergabung dalam asosiasi Barahmus DIY. Bangunan-bangunan yang menjadi pusaka sebagian besar adalah museum, seperti Keraton Yogyakarta dan Keraton Pakualaman.”