Kekayaan budaya dan seni tradisional menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Yogyakarta yang memiliki predikat sebagai kota budaya menekankan nilai tradisi dalam kehidupan sehari-harinya. Banyak sekali seniman yang kemudian merepresentasikan kegiatan sehari-harinya dalam sebuah karya seni.
Adalah tari Golek Lambangsari yang menceritakan tentang seorang gadis yang sedang beranjak dewasa. Gadis ini diceritakan sebagai sosok yang mulai pandai bersolek dengan di dalamnya ditampilkan berbagai macam gerakan seperti seseorang sedang memegang cermin, memasang gincu, memakai bedak dan sebagainya.
Tari ini pertamakali diciptakan oleh KRT Purbaningrat dan masuk dalam kategori tari klasik yang ditarikan dengan ragam tari klana alus. Diiringi dengan gendhing seperti nama tarian tersebut yaitu gendhing Lambangsari.
Semula tari ini satu-satunya tari yang dimainkan oleh seorang putri tunggal seperti yang dimaksud dalam judul tarian ini. Golek dalam bahasa Jawa berarti mencari. Dalam konteks tarian ini adalah mencari sebuah identitas dalam perjalanannya sebagai manusia yang beranjak dewasa.
Sejalan dengan perkembangannya kemudian tari ini dapat dimainkan oleh beberapa penari.
Jika ditinjau lebih dalam dari arti kata golek ini maka pertunjukan tari Golek mempunyai maksud dan tujuan untuk memberi kesempatan penonton membuat kesimpulan dan nggoleki (mencari) makna yang terkandung dalam cerita dan diharapkan dapat memahami hal-hal yang baik untuk ditiru dan diterapkan dalam kehidupannya.
Ada berbagai macam tarian Golek lainnya yang dikembangkan sesuai dengan legendanya, seperti tari Golek Asmaradana Kenyatinember, tari Golek Asmaradana Bawarga, tari Golek Mudhatomo, tari Golek Ayun-Ayun, tari Golek Eling-Eling, tari Golek Sulukdayung, tari Golek Clunthang dan lain sebagainya.
Diolah dari berbagai sumber.